Botox Hyperhidrosis

Keringat berlebih terkadang membuat kita was-was ketika beraktivitas. Sekarang, Anda bisa mengatasinya dengan treatment Botox Hyperhidrosis yang berfungsi untuk mengendalikan produksi keringat berlebih dengan menghambat kerja saraf pada bagian tertentu.

Hasilnya, produksi keringat berkurang sekitar 82% – 87% setelah 2 minggu treatment. Anda bisa lebih percaya diri dan bebas melakukan aktivitas apapun tanpa terhambat dengan masalah keringat.

Area yang dapat dilakukan treatment Botox Hyperhidrosis
Frequently Asked Question

Botox Hyperhidrosis adalah solusi ampuh untuk mengatasi keringat berlebih di area seperti ketiak, telapak tangan, kaki, atau dahi. Dengan menyuntikkan Botulinum Toxin ke area tertentu, sinyal saraf yang merangsang kelenjar keringat akan terblokir, sehingga produksi keringat berkurang secara signifikan—tanpa mengganggu fungsi tubuh lainnya.

Hasil perawatan biasanya bertahan selama 4 hingga 6 bulan, tergantung pada area treatment dan respons tubuh masing-masing individu. Setelah efeknya memudar, perawatan dapat diulang sesuai kebutuhan.

Ya, Botox telah disetujui oleh FDA dan BPOM untuk pengobatan hiperhidrosis. Jika dilakukan oleh tenaga medis yang berpengalaman, prosedur ini aman dan minim risiko.

Efek samping biasanya ringan dan sementara, seperti:

  • Kemerahan atau bengkak di area suntikan (hilang dalam beberapa jam hingga 1–2 hari).
  • Sedikit memar atau nyeri ringan di area penyuntikan.
  • Dalam kasus yang jarang, mungkin ada kelemahan otot ringan di sekitar area yang disuntik, tetapi ini bersifat sementara.

Hasil biasanya mulai terlihat dalam 3–7 hari setelah prosedur dan mencapai efektivitas maksimal dalam waktu 2 minggu.

Agar hasil optimal, hindari:

  • Menghindari olahraga berat selama 24 jam.
  • Tidak menggunakan deodoran selama 1–2 hari jika treatment di area ketiak.
  • Menghindari sauna atau mandi air panas selama 24 jam.

Botox Hyperhidrosis cocok untuk:

  • Pasien yang mengalami keringat berlebih yang mengganggu aktivitas sehari-hari.
  • Pasien yang ingin menghindari penggunaan antiperspiran berlebihan.
  • Pasien yang sehat dan tidak memiliki riwayat alergi terhadap Botulinum Toxin.